FF/ Ur Cheek!

image

Ur Cheek / YG’s Kim Hanbin – YG’s Kim Jisoo / fluff
(c) 2015 xokiissylbi

Berhenti berkata pipiku bulat Kim Hanbin, atau kau mati di genggamanku! – Kim Jisoo

ugh! Gigimu bau Hanbin-aa!” Jisoo menggosok gemas pipinya bekas gigitan Hanbin, di pagi hari yang cerah ini.
“tapi pipimu sangat bulat, sayang.” Jisoo mendelik kesal, ya sangat-amat kesal!
ish! Kau bekerja?” tanya Jisoo, mendudukan dirinya di kasur dan mengusap matanya.
Hanbin mengangguk malas, sangat malas.
“haha jangan seperti itu, sudah sana bersiap-siap.” Jisoo mengecupi pipi Hanbin, seperti menyalurkan semangat untuk kekasihnya tersebut.
*****
Jennie -adik Jisoo yang terpaut satu tahun itu, sedang memperhatikan wajah Jisoo. Sedangkan, yang di perhatikan masih terus terfokus pada benda persegi, dengan tangan mengetikkan sesuatu.
“hey, kau bertambah gemuk, pipimu tambah bulat. Haha” Jennie tertawa keras, saking kerasnya semua yang ada di ruangan pegawai itu menengok ke arahnya. Jennie hanya, menutup mulut dan menahan malu.
makanya diam dan bekerjalah dengan benar, Jennie Kim!” ucap Jisoo penuh penekanan tanpa sedikitpun menoleh kepada adik kandungnya, yang lahir berbeda negara dengannya. Maka dari itu, namanya saja sudah sedikit kebarat-baratan. Ckck.

“tapi, Jisoo-aa pipimu memang tambah bulat.” Jennie meneruskan topik -pipi Jisoo bulat, saat ini -saat makan siang. Jisoo memandang Jennie dengan pandangan seorang vampire yang sepertinya ingin minum darah orang di depannya itu.
“ck, kau sama menyebalkannya dengan Kim Hanbin, Jennie-ssi!” Jisoo berdecak pelan, lalu memakan makanannya sedikit, karena ayolah cukup sudah mereka semua membicarakan soal -pipi Jisoo bulat.
“apa? Jadi kekasihmu juga setuju dengan kata-kataku? Ya ampun benarkan, pipimu bulat, kakakku..” ucap Jennie dengan wajah – yang menurut Jisoo sangat-amat tanpa dosa itu, menunjukkan deretan giginya. Jisoo mendelik kesal.
“hish, kau mau aku pecat menjadi adikku ya?” sewot Jisoo dengan tatapan mematikan yang gagal miliknya.
aw, yasudah aku akan pergi, pai hahaha!” Jennie lari terbirit-birit masih dengan tertawanya yang keras itu, meninggalkan kakaknya yang memasang tampang masam.
“sayang, ada apa?” tepat setelah adiknya keluar dari cafè, muncul Hanbin di hadapannya. Dia mendudukkan dirinya di hadapan Jisoo, lalu memesan makan siang.
“tidak ada.” jawab Jisoo seadanya, lalu memainkan garpu di piring yang masih berisikan banyak spageti.
“Kenapa tidak di habiskan, sih?” tanya Hanbin sedikit melongok ke arah piring kekasihnya.
“aku sedang diet!” ucap Jisoo penuh penekanan dengan tampang yang tak berubah dari tadi. Bukannya menyenangkan Jisoo dengan kata-kata gombal, Hanbin malah tertawa -sedikit terbahak-bahak.
Ia sangat tahu kenapa kekasihnya seperti itu, dan pasti Jennie juga mengatakan bahwa pipi Jisoo bulat.
“Berhenti berkata pipiku bulat dan mentertawaiku Kim Hanbin, atau kau mati di genggamanku! Kau makan siang saja sendiri!” setelah Jisoo mengeluarkan aksi protes kecil-kecilannya, ia secepat mungkin beranjak dari tempatnya. Namun, bukan Hanbin namanya jika ia tidak bisa mencegatnya. Hanbin meraih tangan Jisoo yang melewatinya, dan memeluk pinggang kekasihnya, dan memeluk Jisoo dari belakang. Menyandarkan dagunya di bahu tertutup jas kekasihnya.
“maafkan aku, sayang. Aku mencintaimu” ucapnya setengah membisik dan selembut mungkin. Biasanya Jisoonya akan luluh saat di perlakukan seperti ini. Terdengar Jisoo menghela nafas berat. Dammit, batin Jisoo.
“baik, cepat makan.” bingo! Jisoonya Hanbin luluh dengan apa yang di lakukan Hanbin. Ia memang sangat-tulus tidak mau menyakiti Jisoo, tapi… Pipi Jisoo memang bulat, kenyataan yang tak bisa membuatnya berhenti tertawa.

-Fin-

Tinggalkan komentar